Kamis, 25 Desember 2014

Dead Man

     Beberapa tahun yang lalu, di Irlandia, ada gadis muda bernama Mary Culhane. Keluarganya begitu miskin dan mereka hidup disebuah pondok kecil berwarna putih dibawah jalan raya. Dia memiliki enam adik laki-laki dan perempuan, dia menghabiskan banyak waktu untuk mengurusi adik-adiknya itu. Ayahnya bekerja sebagai penggali kubur lokal, disamping gereja katolik. Itu adalah pekerjaan satu-satunya yang bisa ia dapat karena ia lahir dengan kaki yang buruk.

     Suatu hari, saat ayahnya pulang, ia duduk dengan mendesah. Dia benar-benar begitu lelah setelah bekerja sepanjang hari.

     "Aku tidak bisa mempercayai itu," katanya "Aku telah meninggalkan tongkat blackthorn milikku di kuburan tadi, jika aku tidak pergi untuk mengambilnya seseorang akan mencuri tongkat-ku. Itu adalah benda terakhir pemberian ayahku sebelum dia meninggal. Aku benar-benar tidak bisa berjalan tanpa itu."

     Mary Culhane adalah gadis yang gemar membantu ia tahu bahwa ayahnya benar-benar begitu lelah. Kemudian ia mengambil syalnya dan kemudian berkata, "Aku akan mengambilnya untuk, ayah!" dia berlari keluar rumah sebelum ayahnya melarangnya. Pada saat itu, banyak orang di Irlandia yang sering bercerita tentang takhayul sehingga tidak ada orang yang berani pergi ke kuburan setelah malam tiba.

     Saat Mary tiba di gerbang pemakaman, bulan telah muncul dan angin-angin berhembus melalui pohon. Dia berjalan mengelilingi kuburan dengan hati-hati, agar ia tidak menginjak salah satu kuburan disana, karena itu akan berdampak sial baginya.

     Dia melihat tongkat ayahnya itu tergeletak didekat pohon ek yang sudah tua dan berlari kesana untuk mengambil tongkat ayahnya itu. Tiba-tiba, ia terjatuh ke lubang kuburan yang masih baru karena tidak berhati-hati saat berlari.

     Dia mencoba untuk berdiri dan kemudian berusaha untuk memanjat keatas, tapi kuburan itu terlalu dalam. Tiba-tiba, ia merasa ada sesuatu yang merangkak dibelakangnya.

     Suara yang mengerikan kemudian dibisikkan ke telinganya, "Gadis kecil, aku telah menunggu begitu lama agar ada seseorang terjatuh kesini. Dan sekarang kau telah terjatuh disini, kau harus mengantarku ke kota agar aku bisa makan. Aku memiliki rasa lapar yang begitu mengerikan dan haus yang begitu mengerikan."

     Jantung Mary kemudian berdetak kencang, dia tahu makhluk yang berbisik di telinganya itu mungkin bukan makhluk hidup. Dia merasa jari busuk makhluk itu membelai rambutnya dan merasakan bahwa makhluk itu sedang bernapas di lehernya. Dan kemudian Mary merasa bahwa mayat itu sedang menggali di lehernya.

     Dia begitu tidak berdaya dan sendirian. Tidak ada bukti bahwa mayat itu akan membunuhnya jika ia tidak melakukan perintahnya. Dia mengulurkan tangan ke tepi kuburan dan menggenggam dua rumpun rumpur. Kemudian, ia menarik rumput dengan sekuat tenaga agar bisa keluar di lubang itu. Tapi, bahunya terasa berat sepertinya mayat itu menarik bahunya. Entah bagaimana, ia berhasil keluar dari lubang itu dengan mayat yang menempel di bahunya.

     Saat ia berbaring di rerumputan yang kotor dan berusaha untuk menarik napas, mayat itu berteriak di telinganya, "Bangunlah, gadis muda! Bangun dan bawa aku ke kota!, aku akan menunggangimu seperti kuda!."

     Mary perlahan mencoba untuk beridir, dengan mayat menempel di punggungnya, ia berjalan dengan susah payah menuju desa. Saat mereka sampai di jalan raya, mereka melihat sebuah rumah, dan mayat itu berakata, "Bawa aku ke rumah itu sehingga aku bisa makan!."

     Mary berjalan melalui tangga dengan susah payah, saat mereka tiba didepan rumah, mayat itu berteriak, "Jangan disini! jangan disini! aku mencium bau air suci!"

     Mary begitu ketakutan dan kemudian menuruni tangga itu kembali, dan menuju rumah berikutnya. Sekali lagi, saat mereka tiba didepat pintu, mayat itu berteriak lagi, "Oh tidak! Aku mencium bau air suci disini!"

     Mary berjalan di jalan raya, dan kemudian menuju rumah yang ketiga. "Rumah ini tidak memiliki air suci." kata si mayat, "Bawa aku ke dapur agar aku bisa makan."

     Mary berjalan menyusuri lorong menuju dapur. Saat tiba disana Mary menaruh mayat itu ke kursi. Semua yang ada di lemari hanyalah beberapa bubur dan air kotor.

     "Aku akan mengajarkan orang-orang  ini, dan mereka-pun tidak meninggalkan apapun untukku. Angkat aku ke punggung-mu." Lagi-lagi Mary mengikuti perintahnya, "Sekarang bawa aku kelantai atas."

     Mary enggan untuk pergi keatas karena ia mengenal keluarga ini, Dia pergi sekolah bersama tiga anak-anak yang ada diatas. Tetapi mayat yang jahat itu mencengkeram lehernya dan mengancam akan mencekiknya sampai mati jika tidak pergi keatas, kemudian Mary berjalan keatas dengan perlahan.

     Disana, dibawah sinar bulan yang pucat, terlihat tiga sosok anak itu, mereka sedang terlelap di tempat tidur mereka. Kemudian mayat itu mengeluarkan sebuah pisau yang tajam dan menggorok leher anak-anak satu persatu, Mary membalikkan muka, ia tidak tega untuk melihat teman-temannya itu dibunuh. Kemudian, mayat itu memasukkan darah mereka ke sebuah kendi.

     Saat darah pertama mengalir, napas mereka berhenti; saat darah kedua mengalir, jantung mereka berhenti berdenyut; saat darah ketiga mengalir, semua kehidupan meninggalkan tubuh mereka.

     Mayat itu mengambil kendi yang penuh dengan darah dan berkata, "Bawa aku kembali ke dapur sehingga aku bisa berpesta." Mary berjalan menuruni tangga dengan sedih. Mayat itu mengambil bubur dan kemudian menuangkan darah dari kendi itu keatas bubur tersebut. Ketika ia selesai, dia mengambil sesendok bubur penuh darah dan memberikannya kepada Mary Culhane, "Makan ini!" ia berkata.

      "Tidak!" Mary menangis.

      "Kau akan memakannya, dan kau akan memakannya sekarang!" Dia berkata dan mencekik leher Mary. Dia mengambil sendok penuh bubur darah itu dan membawanya ke mulur Mary. Mayat itu mengambil sebuah mangkuk penuh bubur dan mulai bubur itu. Sementara mayat itu tidak mengawasi, Mary melempar sendoknya itu ke tanah.

     Mayat itu meletakkan buburnya. "Kita harus cepat!," desis si mayat. "Aku harus sudah ada di kuburan sebelum pagi tiba."

     Saat mereka meninggalkan rumah, mayat itu mulai tertawa dengan gila.

     "Kau tahu, ada cara agar anak-anak itu bisa hidup kembali," dia tertawa, "Jika mereka meminum darah mereka sendiri, mereka bisa hidup kembal. Tetapi, semua darah mereka sudah hilang diminum oleh-ku dan sekarang mereka tidak bisa hidup kembali."

     Terus dan terus mereka berjalan sepanjang malam. Mayat itu berbisik di telinga Mary, bercerita tentang hal jahat dan hal-hal menjijikan yang seorang-pun tidak akan pernah menceritakannya kembali. Bulan mulai turun, dan matahari mulai terbit. Mereka dekat dengan pemakaman ketika Mary mendengar ayam berkokok.

     "Apa itu suara kuasa tuhan?" teriak mayat itu.

     Mary tahu dengan benar bahwa itu adalah ayam jantan sedang berkokok, dan matahari mulai terbit, tapi dia menjawab "Kedengarannya seperti suara kambing, atau suara sapi."

     "Cepatlah!" teriak si mayat. "Bawa aku ke pemakaman, aku mulai merasa lemah."

     Mary melihat sebuah pohon ek, dan lubang kuburan yang masih terbuka. Dia berjalan perlahan kearah sana. Saat itu langit mulai bersinar dan sinar matahari pagi mulai menyinari langit dan pemakaman, kemudian ayam berkokok tiga kali. Mayat itu-pun melepaskan bahu Mary dan turun ke kuburannya.

     Mary Culhane bebas dari cengkeraman kematian, dan langsung mengambil tongkat ayahnya dan bergegas pulang. Ketika tiba dirumahnya, semua orang sedang tertidur, ia kemudian langsung membaringkan tubuhnyan ke tempat tidur miliknya dan langsung tertidur lepas.

     Beberapa jam kemudian, ibunya masuk ke kamar Mary dan langsung menangis, "Mary, Mary, bangun! sesuatu yang mengerikan telah terjadi di kota! tiga anak dibunuh tadi malam!"

     Mary tersentak, dan kemudian ibunya melihat bahwa rambut Mary itu kusut, dan kelopak matanya hitam. Bajunya kotor dan tampak ada bercak darah baju milik Mary.

     Mary Culhane langsung menuju kota. Saat ia tiba di rumah tiga anak itu dibunuh, dia bisa melihat bahwa seluruh penduduk desa berusaha untuk menghibur orang tua dari tiga anak yang telah terbunuh itu. Dia pergi ke ayah dari tiga anak itu dan berkata, "Tolong, tolong, biarkan aku masuk!"

     "Tida, Mary! Aku tidak bisa melakukannya," jawabnya. "Apa yang ada diatas sanah bukanlah sesuatu yang dapat dilihat oleh gadis muda, sepertimu."

     "Tapi tuan tidak mengerti" desak Mary, "Aku bisa menyelamatkan nyawa dari tiga putra tuan."

     "Mary, jika kau bisa menyelamatkan nyawa dari tiga anakku dari cengkeraman kematian, aku akan selamanya berterima kasih kepada-mu" kemudian pria itu menangis.

     "Aku tidak meminta apapun," Kata Mary. "Tetapi kau harus mengijinkan-ku masuk sendirian kesana."

     Ayah dari tiga anak yang terbunuh itu langsung memberikan jalan masuk, dan kemudian Mary masuk. Dia berjalan menyusuri lorong yang gelap menuju dapur, dia meraih sendok yang penuh darah dan semangkuk bubur dari lantai, dan langsung menuju lantai atas. Dia melihat tubuh tiga anak semalam yang sudah tidak bernyawa yang sedan terbaring di tempat tidur. Dia pergi kesana dan langsung memasukkan bubur yang penuh darah itu ke mulut mereka.

     Dari darah pertama, anak itu langsung bernapas; dengan tetesan darah kedua, jantung mereka mulai berdenyut; dan dengan tetesan darah yang ketika, semua kehidupan kembali ketubuh mereka.

     Dan dengan suka cita, ketika Mary berjalan keluar. Ketiga anak laki-laki itu kembali hidup dan sehat. Ayah mereka begitu gembira ketika melihat ketiga anaknya kebali hidup, dan langsung lari menuju Mary, "Kau telah membuatku menjadi orang yang paling bahagia yang pernah hidup, kau telah menghidupkan ketiga putraku kembali, apa yang bisa kulakukan untukmu?"

     "Baiklah" kata Mary, "Ada satu hal yang ingin kuajukan kepada-mu, pastikanlah ada air suci di depan pintu rumah-mu."

Tidak ada komentar: