Minggu, 14 Desember 2014

The Last Train

 
    Satu tahun yang lalu, perusahaan ku mengadakan pesta malam tahun baru di kota. Saat  pesta nya usai, aku pergi untuk mengambil tempat duduk di kereta terakhir untuk pulang pada malam itu. Aku duduk di kursi ku dan menatap keluar jendela pada lampu-lampu kota yang berkedip.

     Setelah beberapa saat, aku melihat satu-satu nya penumpang lain yang ada di gerbong adalah seorang pria yang mengenakan jas hujan berwarna hitam. Ia duduk dibeberapa garis didepan ku dan kepala nya menunduk kebawah, ia tampak telah tertidur. Aku juga cukup mengantuk dan kelopak mataku mulai merasa sangat berat, tidak begitu lama sampai aku tertidur juga.

     Beberapa menit kemudian, aku tersentak dan kemudian terbangun oleh suara kereta. Saat aku membuka mata, sesuatu tampak berbeda. Aku tidak begitu yakin, tapi tampak nya seolah-olah orang yang ada didepan ku itu satu kursi lebih dekat padaku. Aku berpikir mungkin aku hanya membayangkan hal-hal yang tidak-tdak dan kemudian aku berkata pada diriku untuk tidak terlalu paranoid. Tidak lama setelah itu, aku tertidur kembali.

     Setelah beberapa detik kemudian, aku merasakan ada hal yang begitu aneh dan perasaan tidak enak di perutku. Maka aku membuka mataku, kali ini, pria itu tampak nya telah pindah lebih dekat dengan ku. Namun, aku tidak begitu yakin. Hal itu benar-benar menggangguku.

     Aku memutuskan untuk mencoba mencari tahu apa yang ia lakukan dan melihat apakah pemikiran ku itu benar. Rencana ku adalah untuk pura-pura tertidur lagi, tapi sebelah mataku terbuka sedikit, hanya untuk mengetahui apa yang sedang ia lakukan.

     Dia hanya sedang duduk disana, tidak bergerak sedikit pun. Aku bisa merasakan bahwa ia sedang menatapku, tetapi ia tidak bergerak se inchi pun. Aku hendak ingin bernapas lega, tetapi aku mendengar ia menggumamkan sesuatu, aku bisa mendengar apa yang ia katakan berulang-ulang :

     "Jangan tertipu. Dia hanya sedang berpura-puta...... Jangan tertipu. Dia hanya sedang berpura-pura....."

     Hal itu membuatku begitu ketakutan. Jantungku mulai berdebar. Meskipun aku takut akan akalku. Aku tetap berpura-pura menundukkan kepala, pura-pura tertidur dan sangat berharap kereta akan segera mencapai stasiun.

     Ketika kereta berhenti dan pintu keluar pun terbuka, aku menunggu waktu yang tepat, saat pintu hampir tertutup aku bergegas melompat keluar ke peron.

     Aku mendengar pintu kereta telah tertutup dibelakang ku, dan kemudian aku membalikkan badanku. Saat kereta pergi menjauh dari stasiun, aku melihat pria yang mengenakan jas hujan hitam itu berdiri, wajah nya berada dekat dengan jendela, tampak nya ia begitu kesal dan marah, dan ditangan nya ia sedang memegang pisau.

     Semenjak saat itu, aku tidak pernah mengambil kereta terakhir untuk pulang apalagi sendirian.

Tidak ada komentar: